Social Items


Judul diatas adalah pertanyaan, serius saya juga sedang mencari jawaban atas pertanyaan diatas. Anda bisa bantu?

Tapi untuk sekedar sharing, saya akan bercerita tentang unek-unek saya yang pengin sekali memiliki kedai kopi.

Ceritanya saya selalu bertanya kepada diri sendiri, "Sebenarnya apa sih yang seharusnya di jual oleh sebuah kedai kopi?".

Apakah menjual kopinya ataukah menjual tempatnya?

Karena sering saya lihat ada beberapa tempat yang ngakunya kedai kopi namun di dalamnya hanya menyediakan kopi seduhan instan alias kopi sachet.

Yang bikin saya geleng-geleng, dimenu dituliskan kopi Cappucino, dan yang keluar adalah kopi sachet rasa Cappucino. Pfff..

Bukan bermaksud ingin merendahkan kopi instan, tapi itu apa-apaan, gak dituliskan merk kopinya didalam menu.

Apakah maksudnya sengaja ingin menyesatkan dan mengelabui pelanggan. Atau memberi ekspektasi berlebih agar menarik pengunjung untuk datang.

Apakah mereka mengira bahwa semua pelanggan yang datang adalah orang-orang awam yang tidak mengetahui apa-apa tentang kopi.

Sebagai pecinta kopi sejati, ini menyinggung perasaan bung.


Dan itu adalah pengalaman pribadi yang nyata terjadi ketika saya memasuki sebuah kedai mirip-mirip cafe dikit di depan kampus didaerah tempat saya tinggal.

Ekspektasi saya tentang Cappucino waktu itu, ya kopi bubuk yang baru digiling yang di ekstraksi menjadi espresso kemudian dikasih susu dan buih susu dari hasil frothing dengan komposisi masing-masing 1/3 bagian.

Itulah Cappucino.

Dan jika memang disana hanya menyediakan kopi instan rasa Cappucino, sebaiknya dituliskan merknya di daftar menu. Bukan hanya rasanya yang ditulis, kemudian yang keluar adalah yang instan.

Karena jika hanya bertuliskan Cappucino, pelayan harus bertanggung jawab memberikan kopi racikan sendiri yang berawal dari biji kopi segar yang baru digiling kemudian dimasukkan kedalam mesin espresso dan ditambahkan susu segar yang dipanaskan.

Begitu seharusnya.

Dan sebaiknya jangan gunakan embel-embel cafe di papan depan tokonya. Gunakan saja WARKOP INSTAN dengan tagline "seduhan kopi langsung jadi".

Disini saya tidak sedang apatis apalagi ideologis yang menganggap sampah sebungkus kopi sachet instan dan mendewakan kopi murni segar hasil gilingan mendadak.

Tidak, bukan itu maksudnya.

Saya juga sangat menghargai kopi-kopi instan, karena ibu saya jualan diwarung dan kopi instan yang dibungkus didalamnya tetaplah kopi asli yang sudah diproses.

Yang membedakan hanyalah kesegaran dan penghormatan terhadap biji-biji kopi yang ada.

Dan saya pun sering mengkonsumsi kopi instan. Apapun itu merknya untuk pengetahuan rasa kopi agar saya semakin tahu lebih banyak tentang segala jenis kopi.

Yang saya maksud adalah "kenapa mereka bergaya ala CAFE jika menu yang disajikan hanyalah kopi instan?".

Inilah yang menjadi dilema bagi saya.

Dalam urusan jualan kopi, apakah setiap orang hanya akan memperioritaskan tempatnya saja, yang penting nyaman, soal kopinya belakangan.

Ataukah menu kopinya yang menjadi incaran para pelanggan?

Tidak peduli bagaimanapun tempatnya, yang penting rasa kopinya.

Dan jika saya bertanya pada Anda, saya tahu jawaban Anda apa: "Keduanya".

Iya memang keduanya adalah jawaban terbaik.

Tapi bagaimana jika faktor kemampuan modal dalam memiliki atau menyewa tempat menjadi kendala?

Sedangkan kemampuan meracik kopi sudah tidak dipermasalahkan lagi.

Manakah yang Anda pilih diantara "maju terus dengan tempat seadanya dulu" atau "tahan sebentar sampai mendapatkan modal untuk tempat yang ciamik".

Dan pertanyaan yang harus dijawab sendiri memang sulit untuk dijawab, saya harus banyak belajar dari kalangan pebisnis kopi yang sudah ada.

Agar lebih faham dan berani untuk melangkah dan terus maju membuka kedai kopi yang sudah lama saya dambakan.

Tapi jika Anda tertarik untuk menjawabnya, silahkaan isi di kolom komentar ya..

Bagaimana sih Seharusnya Sebuah Kedai Kopi?

kopilipso

Judul diatas adalah pertanyaan, serius saya juga sedang mencari jawaban atas pertanyaan diatas. Anda bisa bantu?

Tapi untuk sekedar sharing, saya akan bercerita tentang unek-unek saya yang pengin sekali memiliki kedai kopi.

Ceritanya saya selalu bertanya kepada diri sendiri, "Sebenarnya apa sih yang seharusnya di jual oleh sebuah kedai kopi?".

Apakah menjual kopinya ataukah menjual tempatnya?

Karena sering saya lihat ada beberapa tempat yang ngakunya kedai kopi namun di dalamnya hanya menyediakan kopi seduhan instan alias kopi sachet.

Yang bikin saya geleng-geleng, dimenu dituliskan kopi Cappucino, dan yang keluar adalah kopi sachet rasa Cappucino. Pfff..

Bukan bermaksud ingin merendahkan kopi instan, tapi itu apa-apaan, gak dituliskan merk kopinya didalam menu.

Apakah maksudnya sengaja ingin menyesatkan dan mengelabui pelanggan. Atau memberi ekspektasi berlebih agar menarik pengunjung untuk datang.

Apakah mereka mengira bahwa semua pelanggan yang datang adalah orang-orang awam yang tidak mengetahui apa-apa tentang kopi.

Sebagai pecinta kopi sejati, ini menyinggung perasaan bung.


Dan itu adalah pengalaman pribadi yang nyata terjadi ketika saya memasuki sebuah kedai mirip-mirip cafe dikit di depan kampus didaerah tempat saya tinggal.

Ekspektasi saya tentang Cappucino waktu itu, ya kopi bubuk yang baru digiling yang di ekstraksi menjadi espresso kemudian dikasih susu dan buih susu dari hasil frothing dengan komposisi masing-masing 1/3 bagian.

Itulah Cappucino.

Dan jika memang disana hanya menyediakan kopi instan rasa Cappucino, sebaiknya dituliskan merknya di daftar menu. Bukan hanya rasanya yang ditulis, kemudian yang keluar adalah yang instan.

Karena jika hanya bertuliskan Cappucino, pelayan harus bertanggung jawab memberikan kopi racikan sendiri yang berawal dari biji kopi segar yang baru digiling kemudian dimasukkan kedalam mesin espresso dan ditambahkan susu segar yang dipanaskan.

Begitu seharusnya.

Dan sebaiknya jangan gunakan embel-embel cafe di papan depan tokonya. Gunakan saja WARKOP INSTAN dengan tagline "seduhan kopi langsung jadi".

Disini saya tidak sedang apatis apalagi ideologis yang menganggap sampah sebungkus kopi sachet instan dan mendewakan kopi murni segar hasil gilingan mendadak.

Tidak, bukan itu maksudnya.

Saya juga sangat menghargai kopi-kopi instan, karena ibu saya jualan diwarung dan kopi instan yang dibungkus didalamnya tetaplah kopi asli yang sudah diproses.

Yang membedakan hanyalah kesegaran dan penghormatan terhadap biji-biji kopi yang ada.

Dan saya pun sering mengkonsumsi kopi instan. Apapun itu merknya untuk pengetahuan rasa kopi agar saya semakin tahu lebih banyak tentang segala jenis kopi.

Yang saya maksud adalah "kenapa mereka bergaya ala CAFE jika menu yang disajikan hanyalah kopi instan?".

Inilah yang menjadi dilema bagi saya.

Dalam urusan jualan kopi, apakah setiap orang hanya akan memperioritaskan tempatnya saja, yang penting nyaman, soal kopinya belakangan.

Ataukah menu kopinya yang menjadi incaran para pelanggan?

Tidak peduli bagaimanapun tempatnya, yang penting rasa kopinya.

Dan jika saya bertanya pada Anda, saya tahu jawaban Anda apa: "Keduanya".

Iya memang keduanya adalah jawaban terbaik.

Tapi bagaimana jika faktor kemampuan modal dalam memiliki atau menyewa tempat menjadi kendala?

Sedangkan kemampuan meracik kopi sudah tidak dipermasalahkan lagi.

Manakah yang Anda pilih diantara "maju terus dengan tempat seadanya dulu" atau "tahan sebentar sampai mendapatkan modal untuk tempat yang ciamik".

Dan pertanyaan yang harus dijawab sendiri memang sulit untuk dijawab, saya harus banyak belajar dari kalangan pebisnis kopi yang sudah ada.

Agar lebih faham dan berani untuk melangkah dan terus maju membuka kedai kopi yang sudah lama saya dambakan.

Tapi jika Anda tertarik untuk menjawabnya, silahkaan isi di kolom komentar ya..

Tidak ada komentar