Social Items


Dan semua akan kembali kepada-Nya.. 

Terus saja kata-kata terakhir di tiap-tiap halaman dalam kitab yang jelas itu ada kata seperti di atas. Kata yang selalu menjadi peringatan bagi saya pribadi untuk terus memikirkan kehidupan setelah kehidupan.

Bukan meragukan tapi kurang percaya dengan yakin dalam kadar kepercayaan yang mendalam bahwasannya akan ada kehidupan yang lain setelah ini.

Atau mungkin kurang pengetahuan akan hal itu karena diri ini selalu saja menuntut hal-hal yang kasat mata.

Sehingga pertanyaan selanjutnya adalah "Akankah saya di kembali kepadanya?".
Untuk sementara waktu, saya jawab dengan tegas YA, sambil terus mempatri keyakinan tersebut dalam lubuk hati sedalam-dalamnya.
Begitupun juga dengan "kopi" harus saya kembalikan kepada-Nya, saya persembahkan tata letak niatnya, saya pahami dan resapi bahwa milik-Nyalah semua kopi-kopi dunia.

Mau kopi tai luwak kek, Sumatra kek, Aceh kek, Papua kek, seharusnya saya perlakukan sebagai jalan untuk menuju-Nya. Bukan untuk lebih jauh daripada-Nya, apalagi sebagai jalan alternatif untuk menghindar. Memangnya ada yang bisa menghindar dari-Nya di dunia ini?

Dunia ini kan milik-Nya, jika saya sama sekali tidak ingin menyapa-Nya, maka mungkin saya harus jauh-jauh dari bumi ini. Terserah mau kemana, asalkan jangan berjalan diatas apa-apa yang sudah diciptakan oleh-Nya.

MANA MUNGKIN..!!

Betapa sombongnya diriku dapat berjalan selain ditanah-tanah ciptaan-Nya.

Apakah saya tidak pernah berpikir bahwa karena kemurahan-Nya, Dia memberikan apa-apa kepada saya secara cuma-cuma. Air, udara, angin, api yang menyala karena kehendaknya semua Ia berikan dengan gratis.

Dan saya akan memberikan pertanyaan pada pembaca, coba sebutkan satu saja tempat yang bukan hasil ciptaan-Nya, satu saja tanaman kopi yang bukan tumbuh dari tanah milik-Nya, yang mana tanah ini pun akan kembali kepada-Nya.

Dan tanaman kopi sebagai anugerah terbesar negeri ini, kenapa kita hanya memfokuskan pada bisnisnya saja tanpa benar-benar berpikir secara mendalam akan kehadiran kopi di tanah Nusantara yang subur makmur seperti ini.

Kemudian menjadikannya sebagai jalan untuk lebih mengenal diri-Nya. Juga merenungi sedalam-dalamnya, agar terciptanya rasa syukur kepada "Sang Maha Pencipta Kopi".

Kenapa tidak kita ciptakan suasana khidmat penuh rasa kagum pada penciptaan kopi yang dapat menggugah rasa-rasa dan sinkron dengan segala unsur yang ada dalam tubuh. Terutama lidah yang tak bertulang.

Sehingga dilanjutkan lagi wacana "kenapa Dia menciptakan lidah tak bertulang". Ah sudahlah..

Sungguh didalam semua itu terdapat kebesaran Tuhan bagi yang mau memikirkannya. Dan pusat pemikiran itu ditujukan agar kita lebih mengenal diri-Nya. Mendekat pada-Nya dan memastikan kita hanya bergantung kepada-Nya.

Dengan segala keagungan penciptaan-Nya, masihkan kita ragu-ragu dalam menghadirkan Tuhan sebagai pijakan akan segala sesuatu di kehidupanmu sehari-hari.

Masih sajakah kita mitos-mitoskan secara tidak sadar tentang keterlibatan Tuhan di hari-hari berat maupun ringanmu?

Jika kamu merasakan ketenangan dan sempat merenung tentang kehidupan pribadimu ketika menikmati secangkir kopi di pagi siang sore atau malam hari.

Cobalah renungkan dulu tentang sebuah penciptaan kopi-kopi yang sedang ada dihadapanmu itu. Pikirkan lebih dalam bagaimana Dia menciptakan biji-biji kopi yang nikmat tersebut.

Tidak perlu kau cemaskan tentang nasib hidupmu ketika sedang menikmati secangkir kopi itu.

Karena dengan hanya memikirkan kopi saja, kamu bisa mencapai suatu makna yang besar tentang kehidupan sesungguhnya.

Seketika itu kamu sesungguhnya sedang mendekat selangkah demi selangkah kepada-Nya. Sedangkan Dia sudah mendekat centi ke centi padamu agar kamu lebih merasa aman lagi bersama-Nya.

Tidakkah engkau rasakan kenyamanan itu?

Apakah kamu yakin itu hanyalah suatu efek dari kafein, bukan dari yang lain?

Sadarlah bahwa secangkir kopi yang kamu minum sudah dipastikan mengandung unsur-unsur Ilahiyyah yang dijaga oleh beribu-ribu malaikat, untuk memastikan lidahmu dan juga tubuh bagian lainnya dapat juga merasakan kalam keagungan-Nya yang disampaikan melalui biji-biji kopi.

Dan aku disini, bersama secangkir kopi yang aku segitigakan dalam mengolah rasa akan keagungan-keagungan yang disampaikan oleh utusan-Nya untuk menuju kembali kepada "Sang Maha Pencipta Kopi".

Sang Maha Pencipta Kopi

kopilipso

Dan semua akan kembali kepada-Nya.. 

Terus saja kata-kata terakhir di tiap-tiap halaman dalam kitab yang jelas itu ada kata seperti di atas. Kata yang selalu menjadi peringatan bagi saya pribadi untuk terus memikirkan kehidupan setelah kehidupan.

Bukan meragukan tapi kurang percaya dengan yakin dalam kadar kepercayaan yang mendalam bahwasannya akan ada kehidupan yang lain setelah ini.

Atau mungkin kurang pengetahuan akan hal itu karena diri ini selalu saja menuntut hal-hal yang kasat mata.

Sehingga pertanyaan selanjutnya adalah "Akankah saya di kembali kepadanya?".
Untuk sementara waktu, saya jawab dengan tegas YA, sambil terus mempatri keyakinan tersebut dalam lubuk hati sedalam-dalamnya.
Begitupun juga dengan "kopi" harus saya kembalikan kepada-Nya, saya persembahkan tata letak niatnya, saya pahami dan resapi bahwa milik-Nyalah semua kopi-kopi dunia.

Mau kopi tai luwak kek, Sumatra kek, Aceh kek, Papua kek, seharusnya saya perlakukan sebagai jalan untuk menuju-Nya. Bukan untuk lebih jauh daripada-Nya, apalagi sebagai jalan alternatif untuk menghindar. Memangnya ada yang bisa menghindar dari-Nya di dunia ini?

Dunia ini kan milik-Nya, jika saya sama sekali tidak ingin menyapa-Nya, maka mungkin saya harus jauh-jauh dari bumi ini. Terserah mau kemana, asalkan jangan berjalan diatas apa-apa yang sudah diciptakan oleh-Nya.

MANA MUNGKIN..!!

Betapa sombongnya diriku dapat berjalan selain ditanah-tanah ciptaan-Nya.

Apakah saya tidak pernah berpikir bahwa karena kemurahan-Nya, Dia memberikan apa-apa kepada saya secara cuma-cuma. Air, udara, angin, api yang menyala karena kehendaknya semua Ia berikan dengan gratis.

Dan saya akan memberikan pertanyaan pada pembaca, coba sebutkan satu saja tempat yang bukan hasil ciptaan-Nya, satu saja tanaman kopi yang bukan tumbuh dari tanah milik-Nya, yang mana tanah ini pun akan kembali kepada-Nya.

Dan tanaman kopi sebagai anugerah terbesar negeri ini, kenapa kita hanya memfokuskan pada bisnisnya saja tanpa benar-benar berpikir secara mendalam akan kehadiran kopi di tanah Nusantara yang subur makmur seperti ini.

Kemudian menjadikannya sebagai jalan untuk lebih mengenal diri-Nya. Juga merenungi sedalam-dalamnya, agar terciptanya rasa syukur kepada "Sang Maha Pencipta Kopi".

Kenapa tidak kita ciptakan suasana khidmat penuh rasa kagum pada penciptaan kopi yang dapat menggugah rasa-rasa dan sinkron dengan segala unsur yang ada dalam tubuh. Terutama lidah yang tak bertulang.

Sehingga dilanjutkan lagi wacana "kenapa Dia menciptakan lidah tak bertulang". Ah sudahlah..

Sungguh didalam semua itu terdapat kebesaran Tuhan bagi yang mau memikirkannya. Dan pusat pemikiran itu ditujukan agar kita lebih mengenal diri-Nya. Mendekat pada-Nya dan memastikan kita hanya bergantung kepada-Nya.

Dengan segala keagungan penciptaan-Nya, masihkan kita ragu-ragu dalam menghadirkan Tuhan sebagai pijakan akan segala sesuatu di kehidupanmu sehari-hari.

Masih sajakah kita mitos-mitoskan secara tidak sadar tentang keterlibatan Tuhan di hari-hari berat maupun ringanmu?

Jika kamu merasakan ketenangan dan sempat merenung tentang kehidupan pribadimu ketika menikmati secangkir kopi di pagi siang sore atau malam hari.

Cobalah renungkan dulu tentang sebuah penciptaan kopi-kopi yang sedang ada dihadapanmu itu. Pikirkan lebih dalam bagaimana Dia menciptakan biji-biji kopi yang nikmat tersebut.

Tidak perlu kau cemaskan tentang nasib hidupmu ketika sedang menikmati secangkir kopi itu.

Karena dengan hanya memikirkan kopi saja, kamu bisa mencapai suatu makna yang besar tentang kehidupan sesungguhnya.

Seketika itu kamu sesungguhnya sedang mendekat selangkah demi selangkah kepada-Nya. Sedangkan Dia sudah mendekat centi ke centi padamu agar kamu lebih merasa aman lagi bersama-Nya.

Tidakkah engkau rasakan kenyamanan itu?

Apakah kamu yakin itu hanyalah suatu efek dari kafein, bukan dari yang lain?

Sadarlah bahwa secangkir kopi yang kamu minum sudah dipastikan mengandung unsur-unsur Ilahiyyah yang dijaga oleh beribu-ribu malaikat, untuk memastikan lidahmu dan juga tubuh bagian lainnya dapat juga merasakan kalam keagungan-Nya yang disampaikan melalui biji-biji kopi.

Dan aku disini, bersama secangkir kopi yang aku segitigakan dalam mengolah rasa akan keagungan-keagungan yang disampaikan oleh utusan-Nya untuk menuju kembali kepada "Sang Maha Pencipta Kopi".

Tidak ada komentar