Social Items


Jika selama ini kita selalu memperdebatkan hal tentang cara menikmati kopi yang benar itu seperti apa. Maka inilah jawaban versi pribadi sebagai penyikapan tentang cara menikmati kopi yang benar.

Ada yang beranggapan bahwa menikmati kopi dengan gula bukanlah penikmat kopi sesungguhnya. Yang namanya menikmati kopi harus benar-benar kopi murni tanpa campuran apapun.

Pemikiran ekstrim yang membuat saya berpikiran ekstrim pula. Jika memang harus seperti itu, kenapa tidak sekalian saj menikamati kopi dengan cara menggilingnya langsung di mulut, alias makan saja tuh biji-biji kopinya yang baru di roasting, gak perlu di grinder biar sekalian total menikmati kopinya, dasar.

Seharusnya hal seperti ini tidak boleh ditempatkan pada atmosfir perdebatan dalam mencari kebenaran diantara keduanya. "Ini soal selera bung" dimana setiap orang sudah diciptakan berbeda-beda baik rupa, karakter, kepribadian dan juga lidahnya masing-masing.

Tidak boleh ada seorangpun yang boleh menghakimi bahwa menikmati secangkir kopi harus begini-begitu-begiti, memaksa orang lain untuk menyetujuinya dan menghardik orang lain yang tidak satu selera, itu merupakan hal terburuk dalam menyikapi kenikmatan kopi.

Baik kopi murni tanpa gula maupun kopi dengan tambahan gula, kata "KOPI" adalah idiomnya, brandingnya, imagenya yang melekat pada secangkir cairam hitam itu.

Walau sebenarnya filosofi gula akan jadi lebih indah jika diungkap.

Jika kopi kurang manis, kita mengumpat "GULAnya kurang". (Gula disalahkan)
Jika kopi terlau manis, kita mengumpat "kebanyakan GULA". (Gula disalahkan)

Tapi jika kopi ditambah gula dengan takaran yang pas dan mampu menimbulkan rasa nikmat maka kita berucap: "KOPI nya enak" (Hanya Kopi yang dipuji)

Gula adalah kebaikan untuk suatu kenikmatan kopi dilidah tiap orang pada umumnya. Tapi cukuplah gula sebagai pahlawan yang terlupakan.

Jangan lagi menambah derita gula yang kini biasa dianggap suatu kesesatan dalam menikmati secangkir kopi.
Menyikapi secangkir kopi harus menggunakan dada yang lapang dan tidak berpikiran sempit, terbukalah dengan berbagai kemungkinan rasa kopi-kopi terbaik.
Begitu juga sebaliknya, kopi nikmat tidak harus selalu bersanding dengan gula. Kopi itu mempunyai 1001 karakter yang belum banyak kita ketahui. Belajarlah menikmati kopi murni tanpa gula dan rasakan sensasi berbeda yang menyegarkan.

Jangan langsung berkomentar "Ah" apalagi "Ih", resapi dulu cita rasanya dan ingatlah "inilah rasa kopi sebenarnya" yang tercipta setelah melewati proses panjang.

Biasakan meleburkan diri pada kopi, bukan sebaliknya kopi yang harus mengikuti kemauan pribadi yang selalu egois dan tidak masuk akal sehingga merusak cita rasa alami biji-bijian dari alam. Dan seperti itulah manusia yang sukanya merusak alamiah sesuatu.

Pada akhirnya orang yang tidak mampu menerima perbedaan adalah orang yang mempunyai ego tinggi dan biasanya pembenci.

Dua sifat itu bukanlah bawaan lahiriyah, itu adalah penyakit hati yang masih bisa disembuhkan layaknya penyakit fisik lainnya. Segera carilah obat untuk menyembuhkannya.

Sikapilah kopi dengan bijak, hormati penikmat kopi lainnya yang memang sesuai dengan seleranya masing-masing. Atas nama kopilah kebersamaan akan tetap terjaga.

Karena kopi bukan sekedar dinikmati, tapi juga mengandung pemikiran mendalam tentang alam dan kebesaran Tuhan.

Jadilah penikmat kopi sesungguhnya dengan tidak selalu mentolelir racikan kopi yang lainnya. Karena kopi tidak harus sepahit rasanya, yang terpenting adalah kopi itu sendiri yang tidak akan pernah tersamarkan oleh apapun juga.

Pada akhirnya hanyalah kopi yang akan selalu berdiri tegak mengikuti hukum alam, kenikmatannya akan tetap ada hingga alam ini enggan untuk menumbuhkan tanamannya lagi.

-Ngopi dulu Bung-

Cara Menikmati Kopi Dengan atau Tanpa Gula?

kopilipso

Jika selama ini kita selalu memperdebatkan hal tentang cara menikmati kopi yang benar itu seperti apa. Maka inilah jawaban versi pribadi sebagai penyikapan tentang cara menikmati kopi yang benar.

Ada yang beranggapan bahwa menikmati kopi dengan gula bukanlah penikmat kopi sesungguhnya. Yang namanya menikmati kopi harus benar-benar kopi murni tanpa campuran apapun.

Pemikiran ekstrim yang membuat saya berpikiran ekstrim pula. Jika memang harus seperti itu, kenapa tidak sekalian saj menikamati kopi dengan cara menggilingnya langsung di mulut, alias makan saja tuh biji-biji kopinya yang baru di roasting, gak perlu di grinder biar sekalian total menikmati kopinya, dasar.

Seharusnya hal seperti ini tidak boleh ditempatkan pada atmosfir perdebatan dalam mencari kebenaran diantara keduanya. "Ini soal selera bung" dimana setiap orang sudah diciptakan berbeda-beda baik rupa, karakter, kepribadian dan juga lidahnya masing-masing.

Tidak boleh ada seorangpun yang boleh menghakimi bahwa menikmati secangkir kopi harus begini-begitu-begiti, memaksa orang lain untuk menyetujuinya dan menghardik orang lain yang tidak satu selera, itu merupakan hal terburuk dalam menyikapi kenikmatan kopi.

Baik kopi murni tanpa gula maupun kopi dengan tambahan gula, kata "KOPI" adalah idiomnya, brandingnya, imagenya yang melekat pada secangkir cairam hitam itu.

Walau sebenarnya filosofi gula akan jadi lebih indah jika diungkap.

Jika kopi kurang manis, kita mengumpat "GULAnya kurang". (Gula disalahkan)
Jika kopi terlau manis, kita mengumpat "kebanyakan GULA". (Gula disalahkan)

Tapi jika kopi ditambah gula dengan takaran yang pas dan mampu menimbulkan rasa nikmat maka kita berucap: "KOPI nya enak" (Hanya Kopi yang dipuji)

Gula adalah kebaikan untuk suatu kenikmatan kopi dilidah tiap orang pada umumnya. Tapi cukuplah gula sebagai pahlawan yang terlupakan.

Jangan lagi menambah derita gula yang kini biasa dianggap suatu kesesatan dalam menikmati secangkir kopi.
Menyikapi secangkir kopi harus menggunakan dada yang lapang dan tidak berpikiran sempit, terbukalah dengan berbagai kemungkinan rasa kopi-kopi terbaik.
Begitu juga sebaliknya, kopi nikmat tidak harus selalu bersanding dengan gula. Kopi itu mempunyai 1001 karakter yang belum banyak kita ketahui. Belajarlah menikmati kopi murni tanpa gula dan rasakan sensasi berbeda yang menyegarkan.

Jangan langsung berkomentar "Ah" apalagi "Ih", resapi dulu cita rasanya dan ingatlah "inilah rasa kopi sebenarnya" yang tercipta setelah melewati proses panjang.

Biasakan meleburkan diri pada kopi, bukan sebaliknya kopi yang harus mengikuti kemauan pribadi yang selalu egois dan tidak masuk akal sehingga merusak cita rasa alami biji-bijian dari alam. Dan seperti itulah manusia yang sukanya merusak alamiah sesuatu.

Pada akhirnya orang yang tidak mampu menerima perbedaan adalah orang yang mempunyai ego tinggi dan biasanya pembenci.

Dua sifat itu bukanlah bawaan lahiriyah, itu adalah penyakit hati yang masih bisa disembuhkan layaknya penyakit fisik lainnya. Segera carilah obat untuk menyembuhkannya.

Sikapilah kopi dengan bijak, hormati penikmat kopi lainnya yang memang sesuai dengan seleranya masing-masing. Atas nama kopilah kebersamaan akan tetap terjaga.

Karena kopi bukan sekedar dinikmati, tapi juga mengandung pemikiran mendalam tentang alam dan kebesaran Tuhan.

Jadilah penikmat kopi sesungguhnya dengan tidak selalu mentolelir racikan kopi yang lainnya. Karena kopi tidak harus sepahit rasanya, yang terpenting adalah kopi itu sendiri yang tidak akan pernah tersamarkan oleh apapun juga.

Pada akhirnya hanyalah kopi yang akan selalu berdiri tegak mengikuti hukum alam, kenikmatannya akan tetap ada hingga alam ini enggan untuk menumbuhkan tanamannya lagi.

-Ngopi dulu Bung-

Tidak ada komentar